Sabtu, 21 Juni 2014

Menapaki Jalanan Berbatu Gunung Lawu, via Cemoro Sewu, Magetan Jawa Timur

Gambar 1. Gunung Lawu nampak dari kejauhan 
      Kali ini saya akan bercerita tentang pendakian saya di Gunung Lawu pada hari Sabtu, 14 September 2013 lalu. Gunung Lawu (3.265 m) terletak di Pulau Jawa, Indonesia, tepatnya di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Status gunung ini adalah gunung api "istirahat" dan telah lama tidak aktif, terlihat dari rapatnya vegetasi serta puncaknya yang tererosi. Di lerengnya terdapat kepundan kecil yang masih mengeluarkan uap air (fumarol) dan belerang (solfatara). Gunung Lawu mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan hutan Ericaceous. Gunung Lawu adalah sumber inspirasi dari nama kereta api Argo Lawu, kereta api eksekutif yang melayani Solo Balapan-Gambir.


     Pada pendakian kali ini saya berangkat dengan kedua teman saya dari Semarang. Kami berencana mendaki melalui jalur pendakian Cemoro Sewu, jalur pendakian ini terletak diperbatasan kota Magetan (Jawa Timur) dan Karanganyar (Jawa Tengah). Gunung Lawu memiliki beberapa jalur pendakian yakni Candi Cetho (Karanganyar), Cemoro Kandang (Karanganyar) dan Cemoro Sewu (Magetan). Diantara ketiga jalur tersebut Cemoro Sewu adalah jalur yang terpendek, itulah yang menjadi pertimbangan kami untuk memilih melewati jalur pendakian tersebut.
       
       Panas terik matahari begitu terasa, waktu menunjukan pukul 2 siang dan kami pun mulai berangkat dari Semarang menuju Cemoro Sewu. Dua jam perjalanan kami sampai di kota Solo, sejenak kami berhenti untuk beristirahat dan melepaskan dahaga dengan memesan Es Teh disebuah angkringan tempat kami beristirahat. Setelah cukup lama beristirahat kami pun segera melanjutkan perjalanan agar bisa sampai jalur pendakian sebelum petang datang. Matahari mulai terbenam kami baru sampai di Tawangmangu, Karanganyar, tepatnya sesudah melewati obyek wisata yang terkenal di kota ini yaitu Air Terjun Grojogan Sewu. Waktu menunjukan pukul 6.30 sore, kami sampai di jalur pendakian Cemoro Sewu. Saat itu sudah petang, tidak sesuai rencana, tetapi yang terpenting adalah kami sampai ditujuan dengan selamat.


Gambar 2. Air Terjun Grojogan Sewu, salah satu obyek wisata di kota Karanganyar

Gambar 3. Cemoro Sewu disiang hari 


     Sampai di Cemoro Sewu, kami tidak langsung mendaki, melainkan beristirahat dan makan untuk menghilangkan rasa lelah kami karena perjalanan tadi. Satu setengah jam beristirahat membuat rasa lelah kami berangsur-angsur hilang, akhirnya pada saat itu juga kami siap untuk melakukan perjalanan selanjutnya, yaitu mendaki. Pukul 8 malam kami mendaftar dan membayar retribusi, setelah itu kami pun mulai berjalan menapaki jalanan yang berbatu. Satu jam berlalu menapaki jalanan berbatu kami sampai di pos 1, disini kami berhenti sejenak untuk beristirahat.

Gambar 4. Berfoto ria agar lelah terlupakan,hehe 

     Angin malam berhembus, kami pun mulai melanjutkan perjalanan lagi. Disini kami tidak boleh berhenti terlalu lama, karena udara malam yang dingin dan hembusan angin membuat kami kedinginan, ditambah lagi keringat yang dikeluarkan tubuh saat berjalan tadi, akan membuat semakin dingin, jadi kami harus sering bergerak untuk menjaga tubuh agar tetap hangat.
     
     Satu setengah jam berjalan, akhirnya kami sampai di pos 2. Disini ada beberapa tenda yang sudah berdiri, kami pun beristirahat dan membuat minuman hangat. Disini kami tidak membawa tenda, memang rencana kami adalah menginap disalah satu warung yang terletak di puncak gunung ini. Warung di Gunung Lawu ini sangatlah unik dikarenakan letaknya yang memiliki ketinggian diatas 3000mdpl, warung ini hampir setiap hari buka (biasanya tutup hari rabu/kamis,itu pun dikarenakan barang dagangan sudah habis).

        Beberapa saat setelah menikmati hangatnya kopi yang dibuat tadi, kami pun bergegas melanjutkan perjalanan pada pukul 11 malam. Menuju pos 3 jalanan berbatu semakin menanjak, kami harus sering berhenti untuk mengambil nafas. Udara yang dingin juga membuat kami sedikit susah bernafas, untuk mengatasinya kami memakai slayer sebagai masker agar udara dingin sedikit terhalang saat kami bernafas. Waktu menunjukan pukul 12 malam, akhirnya kami sampai di pos 3. Tak berlama-lama kami pun melanjutkan perjalanan ke pos 4. Lagi-lagi jalanan berbatu yang menanjak terus-menerus. Setelah beberapa lama berjalan, kami sampai di pos 4. Saat akan melanjutkan perjalanan salah satu dari kami sudah sangat kelelahan, akhirnya kami beristirahat dan memasak mie untuk makan malam kami. Ketika selesai makan, kami pun memutuskan untuk tidur di pos 4 dan melanjutkan perjalanan dipagi hari. Karena tidak membawa tenda kami tidur dengan matras dan sleeping bag. Disini sangatlah dingin meskipun menggunakan sleeping bag namun kami masih tetap kedinginan.

         Pukul 5.30 pagi mentari mulai menampakkan sinarnya, kami pun bangun dan bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan lagi. dari pos 4 menuju puncak kami melewati pos 5 dan Sendang Drajat. Sendang Drajat merupakan salah satu sumber mata air di Gunung Lawu, namun saat musim kemarau biasanya air di sendang sangatlah keruh, sehingga kurang baik untuk dikonsumsi. Setelah satu setengah jam berjalan akhirnya kami pun sampai di salah satu puncak Gunung Lawu yang bernama Hargo Dumilah. Hargo Dumilah merupakan puncak tertinggi di Gunung Lawu. Digunung Lawu terdapat tiga puncak yaitu Hargo Dalem, Hargo Dumiling dan Hargo Dumilah.
Gambar 5. Pemandangan dari sekitar pos 4

Gambar 6. Bersama edelweis

Gambar 7. Menuju pos 5

Gambar 8. Sekitar pos 5

Gambar 9. Sendang Drajat

Gambar 9. Tanjakan terakhir untuk sampai puncak Hargo Dumilah

Gambar 10. Foto bersama

Gambar 11. Foto bersama rombongan pendaki lain 1

Gambar 12. Foto bersama rombongan pendaki lain 2

     Setelah cukup lama dipuncak akhirnya kami turun pukul 8 pagi, diperjalanan turun tak lupa kami mampir diwarung sebelah Sendang Drajat. Disana kami memesan pecel dan teh hangat untuk mengisi perut kami yang dari tadi belum terisi. Teh hangat disini sangatlah istimewa rasanya, lain dari teh-teh yang saya temui sebelumnya. Saya pun penasaran dan bertanya merk teh tersebut, ternyata merk teh tersebut adalah teh cap naga. Harga disini terbilang cukup terjangkau dengan 10ribu kami sudah bisa mendapatkan sepiring nasi pecel dan segelas teh hangat. Setelah selesai makan kami pun istirahat sejenak, kemudian pulang. Sekian cerita dari saya, terimakasih sudah membacanya, mohon maaf jika ada beberapa gambar yang saya ambil dari gugel tanpa mencantumkan sumbernya.

Comments
0 Comments
Facebook Comments by Media Blogger