Gambar 1. Dibawah Air Terjun Lawe
Selasa 14 Oktober 2014, pagi itu saya terbangun oleh suara bising, ternyata itu handphone saya yang sudah beberapa kali berdering karena telpon dari teman saya. Telpon tersebut dari seorang teman saya yang bernama Yanuar, saat itu saya terbangun jam 08.00. Sudah sangat siang karena saat itu saya ada janji untuk mendaki Gunung Ungaran via Desa Kalisidi pada jam 07.00 dengan kedua teman saya yang bernama Yanuar dan Hendro. Saat itu saya yang sudah kesiangan hanya bisa memberikan kata maaf kepada mereka, maklum saat tidur saya sering lupa waktu,hehe :D
Pagi itu Yanuar dan Hendro sudah menunggu di Desa Kalisidi, mereka berangkat dari Manyaran dan Ngaliyan. Kebetulan teman saya Hendro ini mempunyai saudara yang tinggal di dusun ini, jadi mereka bisa istirahat dengan leluasa, karena sudah seperti rumah sendiri. Saat itu saya dari rumah (Pedurungan) segera bergegas dan menuju Desa Kalisidi. Desa Kalisidi ini berada di Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang. Perjalanan saya ke Desa Kalisidi ini membutuhkan waktu sekitar 1 jam dengan motor. Singkat cerita, perjalanan ke Desa Kalisidi cukup lancar, hingga jam 09.30 saya sudah tiba di desa tersebut. Saat berada dirumah saudara dari Hendro, saya di sambut dengan secangkir teh hangat, terasa nikmat dan menyegarkan bagi saya yang saat itu baru menempuh perjalanan dari Pedurungan. Setelah beberapa menit minum teh dan menyiapkan diri, jam 10.00 kami pun memulai pendakian.
Gambar 2. Papan desa Kalisidi yang terdapat didekat rumah
Perjalanan dimulai, pertama-tama kami harus melewati rumah-rumah warga desa Kalisidi. Di dalam perjalanan, banyak warga Kalsidi yang senantiasa ramah menanggapi senyum dan sapaan yang kami berikan ketika melintas didepan rumahnya. Tak membutuhkan waktu yang lama, rumah-rumah warga dusun kami lewati, kini kami harus melewati area persawahan. Dari sini Gunung Ungaran sudah nampak jelas, sejenak kami berhenti, tak lama saya mengambil sebuah handphone kemudian mulai mengabadikan beberapa gambar.
Gambar 3. Area persawahan
Dari area persawahan, kami bertanya kepada salah seorang warga, jalan menuju wisata Curug Lawe/Benowo (di daerah semarang dan sekitarnya air terjun sering juga disebut curug). Untuk mendaki Gunung Ungaran via Desa Kalisidi, kami harus melewati wisata Curug Lawe/Benowo. Setelah bertanya, ternyata untuk menuju curug lawe kami harus mengambil arah kiri dan melewati kebun cengkeh.
Gambar 4. Kebun Cengkeh
Setelah melewati kebun cengkeh, kami melewati jalanan beraspal, kami menikuti jalan beraspal ini, sampai tiba diloket masuk wisata Curug Lawe/Benowo. Saat itu jam 11.00, tak terasa 1 jam kami berjalan. Oh iya untuk masuk kekawasan wisata Curug Lawe/Benowo kami dikenakan biaya Rp.4000/orang. Setelah membayar retribusi masuk, kami pun melanjutkan perjalanan. Perjalanan kali ini kami dimanjakan dengan pepohonan yang rindang serta gemericik air yang mengalir dari sungai kecil yang berada disepanjang jalur menuju Air Terjun. Lika-liku aliran sungai kecil yang ada disepanjang jalur, membuat kami tak jarang harus merendam kaki kami kedalam air untuk menyebrangi sungai tersebut. Saat menyebrang kami juga sejenak merileksasi kaki kami kedalam dinginnya air sungai. Setelah melewati jalur yang penuh dengan sumber mata air ini, akhirnya kami sampai di Curug Lawe. Curug Lawe mempunyai jalur yang berbeda dengan Curug Benowo, dalam perjalanan sudah ada petunjuk jalan, jadi tinggal ikuti saja petunjuknya. Kami sejenak berhenti dan beristirahat, sungguh pemandangan yang memanjakan mata, disini kami beristirahat di bawah derasnya Air Terjun.
Gambar 5. Jalur menuju Air terjun
Gambar 6. Menyebrangi sungai kecil
Gambar 7. Curug Lawe
Jam 12.30 setelah puas beristirahat kami pun melanjutkan perjalanan. Sebenarnya saat berada disini, rasanya kami ingin terus berlama-lama menikmati pemandangan ini. Percikan-percikan air terjun, dinding-dinding tebing menjulang tinggi serta hijaunya tanaman yang menghiasi beberapa dinding tebing membuat kami tak henti mengagumi ciptaanNya. Perjalanan kami lanjutkan melalui tanjakan curam yang berada disebelah tebing Air Terjun. Tanjakan curam ini membuat kami beberapa kali mencium lutut ketika melangkah, selain itu kami juga harus berpegangan dengan ranting-ranting pohon agar beban kami ketika melangkah sedikit berkurang. Setelah melewati tanjakan curam ada jalan percabangan, dari sini, ambil arah selatan (kiri jalan).
Oh iya jalur ini sebenarnya bukan jalur umum yang digunakan oleh pendaki, sehingga disini minim petunjuk jalan untuk kepuncak gunung (petunjuk hanya berupa tali rafia), saat itu saya membawa subuah GPS dengan peta topografi digital yang bisa mengetahui ketinggian suatu tempat dan sebuah kompas untuk membantu menentukan arah.
Setelah melewati jalan tanjakan dan jalan percabangan, terdapat percabangan lagi, satu arah ke Curug Benowo dan yang satunya adalah jalan menuju puncak. Setelah melewati jalan ini, kami melewati banyak pohon-pohon bambu, setelah sampai sini, ada jalur percabangan lagi, dari sini kami ambil arah selatan. Jalur disini banyak akar-akar pohon dan banyak dedaunan kering yang licin, hati-hati tersandung dan terpeleset. Waspada juga dengan laba-laba yang terkadang bersembunyi didedaunan kering. Saat itu saya melihat jam dari handphone saya, ternyata sudah jam 14.00, kami memutuskan untuk beristirahat dan memakan bekal makanan yang kami bawa dari bawah.
Setelah selesai beristirahat kami melanjutkan perjalanan, pepohonan yang rindang serta semak-semak yang masih tinggi menandakan jalur ini memang jarang dilalui oleh manusia. Saat itu hanya rombongan kami yang melintasi jalur tersebut, selain jalur yang masih sepi, saat itu kami mendaki pada hari selasa. Setelah melewati hutan Gunung Ungaran, akhirnya kami sampai di kebun teh Promnasan pada jam 15.00. Disini kami dapat melihat hamparan kebun teh yang luas serta melihat desa Promnasan dari kejauhan.
Gambar 8. Melewati tanjakan curam
Gambar 9. Curug Lawe terlihat dari samping tebing
Setelah melewati jalan tanjakan dan jalan percabangan, terdapat percabangan lagi, satu arah ke Curug Benowo dan yang satunya adalah jalan menuju puncak. Setelah melewati jalan ini, kami melewati banyak pohon-pohon bambu, setelah sampai sini, ada jalur percabangan lagi, dari sini kami ambil arah selatan. Jalur disini banyak akar-akar pohon dan banyak dedaunan kering yang licin, hati-hati tersandung dan terpeleset. Waspada juga dengan laba-laba yang terkadang bersembunyi didedaunan kering. Saat itu saya melihat jam dari handphone saya, ternyata sudah jam 14.00, kami memutuskan untuk beristirahat dan memakan bekal makanan yang kami bawa dari bawah.
Setelah selesai beristirahat kami melanjutkan perjalanan, pepohonan yang rindang serta semak-semak yang masih tinggi menandakan jalur ini memang jarang dilalui oleh manusia. Saat itu hanya rombongan kami yang melintasi jalur tersebut, selain jalur yang masih sepi, saat itu kami mendaki pada hari selasa. Setelah melewati hutan Gunung Ungaran, akhirnya kami sampai di kebun teh Promnasan pada jam 15.00. Disini kami dapat melihat hamparan kebun teh yang luas serta melihat desa Promnasan dari kejauhan.
Gambar 10. Desa Promnasan
Setelah melihat desa Peromnasan kami pun menuruni bukit dan menuju desa. Saat menuruni bukit kami melewati Goa Jepang yang dulunya digunakan saat masa pendudukan Jepang di Indonesia. Goa Jepang ini berupa lorong sepanjang -+100m yang terdapat ruangan-ruangan didalamnya, tembusan dari lorong ini juga masih diwilayah kebun teh yang tak jauh mulut goa ini. Dari sini jalur menuju puncak Gunung sudah jelas, ada beberapa petunjuk jalan yang mengarahkan para pendaki jika ingin ke puncak Gunung. Dari desa menuju ke puncak dibutuhkan waktu sekitar 1,5jam-2jam perjalanan. Jadi dapat disimpulkan perjalanan dari desa Kalisidi untuk menuju Puncak Gunung Ungaran dibutuhkan 6-7jam perjalanan.
Gambar 11. Goa Jepang
Saat berada di desa Promnasan kami merasa lega karena sudah tahu jalan tembus dari desa Kalisidi. Rencana kami saat di desa Promnasan adalah mendirikan camp kemudian turun pada pagi harinya, ya saat itu ada beberapa keperluan yang penting, jadi kami memutuskan untuk langsung turun pada pagi hari.
Esok hari tiba, Rabu 15 Oktober, saat itu saya terbangun jam 06.00, disini kami membuat makanan kemudian langsung berkemas-kemas dan turun menuju desa Kalisidi. Jalan yang kami lewati masih sama seperti kemarin, hanya saat dipertigaan kedua kami ambil ke kanan, jalur ini menuju Curug Benowo. Jalur di Curug Benowo sebenarnya cukup landai bila dibandingkan Curug Lawe, namun disini kami banyak menemui tanaman berduri, jadi kami harus lebih berhati-hatilah ketika memilih pegangan.
Setelah lama berjalan, akhirnya kami sampai di Curug Benowo, kami sampai pada jam 09.00. Gemercik air yang terdengar dari kejauhan membuat kami tak sabar menikmatinya, tak lama setelah sampai kami pun mandi pagi di Curug Benowo ini. Dingin tapi menyegarkan, yah itu yang saya rasakan mandi pagi di Curug ini, kalo pak bondan winarno mungkin dia udah bilang "Maknyuss". Seger bangetlah pokoknya, badan jadi lebih fresh.
Gambar 12. Curug Benowo
Gambar 13. Mandi di Curug Benowo
Setelah menikmati segarnya air di Curug Benowo akhirnya kami melanjutkan perjalanan pulang. Singkat cerita kami tiba di rumah saudara dari Hendro jam 10.30. Setelah beristirahat sejenak dan berpamitan akhirnya kami pun pulang, dan melanjutkan masing-masing aktivitas kami. Sekian dulu catatan perjalanan dari saya, terimakasih.