Senin, 16 Januari 2017

Gunung Sumbing Via Kaliangkrik : Perjalanan Turun

     
Gambar 1. Jalur gunung Sumbing pasca kebakaran tahun 2015

     Postingan kali ini merupakan post penutup dari catatan perjalanan saya di Gunung Sumbing. catatan perjalanan sebelumnya bisa di bawah :
     Rintik hujan, kabut tebal, serta terpaan angin setia menemani perjalanan kami kali ini. Sesampainya di pos 4 (pohon tunggal), kami mendirikan bivak darurat untuk berlindung. Puncak? hmm, sepertinya bukan tujuan kami lagi. Melihat situasi dan kondisi. Rasa-rasanya alam memang sedang tidak membolehkan kami untuk malanjutkan peerjalanan. Turun,, yah mungkin adalah pilihan terbijak untuk saat ini. Sumbing, akan kugapai puncakmu dilain kesempatan.
     Sekitar jam 16.00, saat hujan mulai reda. Kami segera memanfaatkan momen ini untuk berkemas-kemas, lalu turun dari pos 4. Dari sini perjalanan cukup lancar. Kami sempat berhenti di salah satu aliran sungai untuk istirahat dan menunaikan ibadah sholat. Canda gurau kami lontarkan untuk memecah kesunyian. Ada reny yang terguling dibebatuan karena kelelahan, si ingga yang dari tadi sibuk mengambil gampar, serta jamal yang sedang sholat di pinggiran tebing. 

Gambar 2. Jaka membantu Reny yang terguling dibebatuan

     Cukup lama kami beristirahat, tak terasa matahari perlahan mulai tenggelam. Sinar terangnya kini sirna, tergantikan oleh cahaya senter yang kami bawa. Perjalanan sampai pos 3 berjalan lancar. Kami berpisah dari jamal dan arief diperjalanan pos 2. Rencananya mereka menunggu di pos 2 dan membuatkan makanan untuk kami yang berada di belakang.
Jamal : Aku sama arif duluan y, tak tunggu di pos 2, sekalian tak masakin nanti
Jaka : Oh iya, oke lah, cocok 
Itulah pesan saat kami berpisah. Kini tersisa 6 orang yang ada dibelakang (saya, jaka, brian, yanuar, ingga dan reny). 

     Sesampainya dipos 2 kami tidak menemukan seseorang pun yang berada disana. Ada apa dengan mereka? biasanya tepat janji, kok ini malah ditinggal. Mana logistik dibawa semua, gerutu kami yang kesal. Beberapa saat dipos 2, reny yang berjalan didepan melihat sesuatu yang seharusnya tak kasatmata. Sesegera kami melanjutkan perjalanan, ia tak banyak bicara, namun gestur dan mimik wajahnya menunjukkan ini bukanlah hal yang biasa. 

     Jam 19.00, terdengar adzan isya. Kami berhenti untuk istirahat. Saat itu kami masih berada diperjalanan menuju pos 1. Tempo berjalan mulai menurun karena lelah, ditambah lagi wujud tak kasatmata yang terus mengikuti, yah itulah yang dirasakan salah satu teman kami ini. Rintik hujan lagi-lagi datang, satu persatu tetesannya mulai membasahi. Kami memakai jas hujan kembali. Beberapa kali reny enggan untuk melangkah kedepan, karena gangguan tersebut semakin kuat. Tapi apa boleh buat kami harus tetap memaksanya untuk melangkah kedepan. Beberapa kali candaan kami lemparkan untuk mengurangi ketegangan, namun sepertinya tidak berpengaruh banyak.

Saat melewati turunan yang cukup terjal teman saya joko berteriak

Jaka : Ndik jalannya kok ilang y, bener sini g?
Saya : Jalanya cuma satu jok, maju dulu ada tempat datar kita berhenti.

     Saat itu kabut tebal menutupi jalur, sehingga membuat kami kebingungan. Setelah berada ditempat datar, kami bersama-sama berdo'a agar diberi keselamatan sampai ditujuan. Sepertinya malam ini akan menjadi malam yang melelahkan, ya allah lindungilah kami. Rangkaian do'a masing-masing kami panjatkan dalam hati.

     Pos 1, akhirnya sampai di pos 1 pada jam 20.00. Kondisi fisik kami mulai terkuras, sisa-sisa makanan sudah habis tak tersisa. Saya mencoba mengecek seluruh isi carrier, namun tak satupun makanan yang bisa ditemukan. Sepertinya logistik benar-benar sudah dibawa jamal dan arif. Sempat berfikir untuk mendirikan camp lalu turun besok paginya. Namun ketiadaan logistik sepertinya terlalu beresiko, belum lagi ancaman cuaca. Tenda yang kami bawa juga tidak mampu menampung seluruh anggota.

    Akhirnya kami melanjutkan perjalanan, saya bertukar posisi dengan reny jaka dan yanuar yang berada didepan. Posisinya reny berada ditengah kemudian jaka dan yanuar memapahnya. Saya, brian dan ingga berada didepan. Tak lama setelah melewati pos 1, ingga mulai kelelahan, terlihat dari cara berjalannya yang sempoyongan.

     Sepertinya gangguan tak kasatmata belum berakhir, reny semakin histeris dan ketakutan. Kami berusaha untuk menenangkannya dan meyakinkan bahwa tidak apa-apa, karena pada niat awal kami hanyalah mendaki tanpa pernah melakukan perbuatan yang kiranya mengusik mereka. Situasi yang semakin mendesak, akhirnya dengan sekuat tenaga yang tersisa yanuar dan jaka memapah reny, saya dan brian memapah ingga. Kemudian mempercepat langkah kami masing-masing. Beberapa kali saya tergelincir dan hampir terjatuh. Tempo langkah semakin cepat, karna kami tahu sebentar lagi sampai didusun.

     Perjuangan kami akhirnya berakhir ketika tiba dibasecamp.  Saya menghelakan nafas lega, karena malam yang melelahkan ini akhirnya usai juga. Meski badan pegal dan kaki terasa nyeri. Saat itu waktu menunjukan jam 22.00, kami melihat jamal dan arif sedang menunggu dibasecamp. Mereka dengan sigap membuatkan sisa bekal yang mereka janjikan saat berada diperjalanan menuju pos 2. Meski esok hari beberapa diantara kami harus bekerja, namun sudah terlalu larut jika dipaksakan pulang. Akhirnya malam itu kami habiskan dengan menginap dibasecamp.

     Sekian dulu catatan perjalanan saya kali ini. Cerita ini mungkin masih berlanjut dengan sudut pandang teman saya reny, yang melihat dan merasakan langsung kehadiran tak kasatmata. Semoga cerita ini bisa bermanfaat bagi teman-teman pembaca, bawasanya kita sebagai manusia selalu hidup berdampingan dengan mereka. Semoga dengan cerita ini kita bisa menjaga sikap dan perbuatan dimanapun tempat berpijak. Saling menghormati dan menjaga dengan sesama makhluk ciptaa Nya. Entah manusia dengan manusia, manusia dengan tumbuhan, manusia dengan hewan, manusia dengan yang tak kasatmata/gaib. Sehingga terciptalah Harmoni. :D





Comments
0 Comments
Facebook Comments by Media Blogger