Minggu, 06 November 2016

Gunung Sumbing Via Kaliangkrik : Perjalanan Mendaki

     Gambar 1. Perjalanan Mendaki
Cerita Sebelumnya :

     Cerita ini adalah lanjutan dari postingan saya yang berjudul "Desa Butuh". Lokasi desa yang jauh dari pusat kota membuat jalur ini terbilang sepi. Apalagi pada musim penghujan, tak banyak pendaki yang lewat jalur ini. Saat tiba di basecamp pendakian, tidak ada pendaki lain yang menginap di basecamp. Hanya ada beberapa motor yang dititipkan. Hal ini menjadi tanda bahwa kami bukan satu-satunya rombongan pendaki yang naik.

     Malam itu akhirnya kami meninap di basecamp pendakian desa Butuh, Kaliangkrik. Tak banyak yang kami rencanakan esok hari. Kami hanya sedikit berbincang, lalu membungkus badan dengan sleeping bag kemudian tidur.

     Minggu 8 November 2015. Pagi jam 06.00, beberapa peralatan dan bekal mulai kami siapkan. Sebagian barang-barang yang terasa memberatkan kami tinggal, karena kami hanya berencana untuk tik-tok. Tik-tok adalah istilah yang sering digunakan pendaki untuk menyebut perjalanan naik-turun gunung dengan rentang waktu yang relatif pendek biasanya beberapa jam atau tidak lebih dari satu hari. Cara ini kami gunakan karena beberapa teman ada yang masuk kerja pada hari Senin. Sehingga waktu pendakian hanya kami batasi pada jam 4 sore, harus sudah turun. Pengurangan barang bawaan bertujuan untuk mengurangi beban saat berjalan, sehingga kami dapat berjalan lebih cepat. Tanpa mengabaikan standart peralatan mendaki yang aman, saat itu kami mulai berkemas-kemas.

     Jam 08.00, perjalanan dimulai. Mula-mula kami melewati beberapa rumah warga, hingga sampai di ladang penduduk. Batas desa dengan ladang penduduk memakan waktu sekitar 10 menit. Di ladang kami masih banyak menemui warga sekitar. Pagi itu cuaca berawan, namun terang sinar matahari masih dapat menembusnya. Hangat dan sejuk terasa, saat kami berhenti untuk mengambil nafas. Jalur pendakian dari basecamp cukup melelahkan, banyak tanjakan terjal dan berupa anak tangga yang ditata dari batu-batu makadam.

     Jam 09.00 kami sampai di pos 1. Di Pos 1 kami beristirahat dan membuka bekal makanan. Kami memakan sebagian bekal yang dibawa. Ada nasi lengkap dengan lauknya seperti tempe, nuget sambal dan tumis sayur. Lumayan lengkap. Bekal tersebut kami masak saat persiapan mendaki. Perut yang lapar dan berada di kondisi yang sulit mencari sumber makanan lain membuat makan kali ini terasa lebih nikmat, diselingi dengan canda tawa membuat kami larut dalam suasana. Setelah selesai makan kami tidak langsung berjalan, karena menghindari nyeri perut yang mungkin dapat terjadi bila dipaksakan langsung berjalan.

     Jam 10.00, setelah lama berhenti akhirnya kami melanjutkan perjalanan. Perjalanan ke Pos 2 tidak jauh berbeda dengan Pos 1, masih terjal dengan kemiringan hingga -+70 derajat. Bedanya disini sudah masuk batas hutan Gunung Sumbing. Banyak pohon pinus yang berdiri dengan gagahnya, namun tak jarang juga pohon yang terlihat menghitam. Pohon tersebut adalah sisa-sisa dari kebakaran yang terjadi di Gunung Sumbing beberapa waktu yang lalu. Melihat kebakaran yang sering terjadi, kami menyempatkan membawa biji pohon untuk tebarkan. Hal ini adalah upaya kecil yang bisa kami lakukan saat itu. Musim penghujan membuat potensi biji pohon untuk tumbuh menjadi lebih besar. Maka dari itu adalah saat yang tepat untuk melakukan penghijauan. (Baca juga "Musim Penghujan, Saat Yang Tepat Untuk Melakukan Penghijauan")

Gambar. Sisa-sisa kebakaran Gunung Sumbing

     Saat sampai di Pos 2, cuaca sedikit berubah. Kabut putih mulai perlahan menutupi jalur pendakian. Langkah kaki kami terus berjalan menapaki jalur pendakian. Jalur menuju Pos 3 tak seterjal Pos 1 dan 2. Landai, namun kami berjalan di tepian tebing yang curam. Cuaca mulai berubah-ubah tak menentu. Terkadang gerimis rintik, terkadang terang benderang. Diperjalanan menuju Pos 3 banyak terdapat sungai-sungai kecil. Airnya mengalir jernih dari celah-celah bebatuan. Sejenak kami beristirahat. Oh iya aliran sungai kecil tersebut hanya bisa digunakan pada saat musim penghujan. Jika musim kemarau sungai-sungai tersebut akan kering.

Gambar 3. Perjalanan Menuju Pos 3

     Jam 12.30, kami sampai di Pos 3. Disini kami mulai bertemu dengan rombongan pendaki lain. Mereka dalam perjalanan turun. Saya bertanya kepada salah satu pendaki yang sedang turun.
Saya : Mas diatas masih ada yang camp/turun?
Pendaki lain : sudah g ada mas, kita yang terakhir.
Saya : oh y sudah mas, makasih.
ternyata sudah tidak ada pendaki lain yang turun. Itu berarti hanya kami pendaki yang terakhir turun nantinya.

     Jam 13.00, kami melanjutkan perjalanan. Jalur pendakian masih cukup landai dan melewati pinggiran tebing yang curam. Ada jalur yang mengharuskan kami berpegangan ke dinding tebing. Jalur ini sangat sempit, sehingga kami harus berpegangan pada dinding tebing agar tidak terjatuh. Lumayan menyulitkan jika membawa tas carrier. Setelah melewati rintangan tersebut. Jalur kembali menanjak curam.

     Jam 14.00, kami sampai di aliran sungai terakhir. Ini ditandai dengan adanya papan petunjuk yang mengarah ke puncak. Di sini kami diarahkan kejalur yang menanjak. Saat itu gerimis mulai menerpa kami. Perlahan tapi pasti, hujan lambat laun semakin deras. Kami berusaha untuk sampai di pohon tunggal kemudian mendirikan bivak darurat. Saat itu kami sampai di Pos 4/ Pohon tunggal jam 14.30. Setelah selesai membuat bivak, kami berteduh dan istirahat. Perjalanan ke puncak tidak kami lanjutkan karena cuaca yang mulai memburuk dan waktu yang terbatas. Rencana selanjutnya adalah menunggu hujan cukup reda, kemudian turun.

Gambar 4. Mendirikan bivak di pohon tunggal

     Sembari menunggu hujan reda saat itu kami membuat makanan dan minuman untuk menghangatkan badan. Tak ada penyesalan sedikitpun dalam setiap perjalanan, meski cuaca buruk menerpa, pemandangan alam yang tertutup kabut. Belum lagi capek jalan berkilo-kilo meter jauhnya. Kami pun tetap bisa menikmatinya. Sesungguhnya  Puncak dan foto-foto yang bagus itu hanyalah bonus dari setiap perjalanan yang kami lakukan. Selebihnya yang benar-benar membuat kami merasa rindu dalam perjalanan adalah kebersamaan. Oke mungkin sekian dulu catatan perjalanan saya. Masih ada cerita lanjutan yaitu tentang perjalanan turun. Disini ada sebuah insiden yang membuat kami terpisah dan ketika harus bersabar untuk menempuh perjalanan turun jauh lebih lama. 

Cerita Selanjutnya :
Perjalanan Turun
Comments
0 Comments
Facebook Comments by Media Blogger