Rabu, 20 Mei 2020

Beberapa Tempat Menarik Di Bukittinggi Selain Jam Gadang


Gambar 1. Jam Gadang

     Bukittinggi, bisa dikatakan kota yang paling dikenal di Sumatera Barat selain Kota Padang. Dimata traveler, Bukittinggi memiliki maghnet tersendiri umtuk dijadikan tujuan explore. Berjarak sekitar 100km dari bandara Minangkabau (Padang), kota Bukittinggi dapat diakses melalui travel. Harganya sendiri cukup terjangkau skitar 35rb dengan waktu tempuh sekitar 3 jam. 085363229888(Maestro Travel), Tak kasih sekalian aja kontaknya,hehe siapa tau ada yang lagi pengen ke Bukittinggi. 

Oh ya, sebelum membahas tentang wisatanya, Tahu kah kamu? Bukittinggi pernah dijadikan Ibukota lho, berikut adalah sedikit sejarahnya.

Pernah Menjadi Ibu kota Indonesia Pada Masa Pemerintahan Darurat Republik Indonesia pada tanggal 19 – 20  Desember 1948, Belanda melakukan Agresi Militer Kedua. Agresi Militer Belanda yang kedua ini, pihak Belanda menangkap Soekarno, Mohammad Hatta, Sjahri dan beberapa tokoh penting lainnya. Akibat Agresi Militer ini, Jogjakarta yang kala itu menjadi ibu kota Negara jatuh ke tangan Belanda.

Sebelum ditawan, Soekarno bersama Wakil Presiden Hatta, J.Leimena, dan Laksmana Soerjadi Soerjadarman melakukan rapat di istana. Hasil rapat tersebut ialah rencana membentuk pemerintahan sementara Republik dipindahkan ke Sumatera. Segera, sebuah telegram dikirimkan kepada Syafruddin untuk membentuk pemerintah darurat di Sumatera.

Syafruddin tidak pernah menerima telegram tersebut, namun pada 22 Desember 1948 sejumlah tokoh Republik di Sumatera Barat berkumpul di Halaban. Lalu tercetuslah Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI).

Pemerintahan Darurat Republik Indonesia ini tidak berlangsung lama, usai Kabinet Hatta meneken perjanjian Roem – Roijen maka berakhirlah pemerintahan sementara ini pada 13 Juli 1949. Sumber

Ini adalah beberapa tempat yang sempat saya kunjungi saat berada di Bukittingi, mungkin bisa dijadikan bahan referensi untuk teman-teman yang belum pernah kesini. Pagi itu kabut tebal menyelimuti kota Bukittinggi, saya tiba setelah beberapa jam menempuh perjalanan. Penginapan, tempat yang pertama kali saya cari saat itu, karena barang bawaan lumayan banyak. Setelah survey-survey harga, akhirnya ketemulah sebuah penginapan murah tapi lokasinya strategis. Tak jauh dari Jam Gadang, letaknya di Jl Yos Sudarso Bukittingi. Penginapanya adalah D Enam, sesuai namanya disini hanya terdapat 6 kamar, dibandrol dengan harga 120rb/untuk 2orang saat itu.

Ngarai Sianok

Gambar 2. Lembah Ngarai Sianok

     Ngarai Sianok adalah sebuah lembah curam (jurang) yang terletak di perbatasan kota Bukittinggi, di kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam, Sumatra Barat. Lembah ini membentang dari Nagari Koto Gadang di sisi selatan hingga Nagari Sianok Enam Suku di sisi utara. Lembah yang mempunyai panjang sekitar 15 km ini memang cukup dalam, yaitu mencapai 100 meter, dengan lebar celah sekitar 200 meter. Karena mempunyai suasana tenang dan terasa damai, banyak pengunjung yang menjuluki tempat ini dengan nama Lembah Pendiam. Tempat yang sangat pas untuk Anda jadikan sebagai tempat melepaskan penat. Letaknya tidak jauh dari jam gadang, mungkin sekitar 1km. Saat itu saya menempuhnya dengan berjalan kaki. Lumayanlah sekalian olahraga dipagi hari.  

Museum Tri Daya Eka Dharma

Gambar 3. Museum Tri Daya Eka Dharma

     Ketika jalan-jalan rasa penasaran saya terusik saat melihat sebuah pesawat terbang yang hendak lepas landas berada tak jauh dari Ngarai Sianok. Itulah Museum Tri Daya Eka Dharma, sebuah museum yang menyimpan berbagai koleksi kemiliteran, seperti pakaian militer, berbagai jenis senapan, granat, meriam, amunisi, hingga alat pemancar. Tidak ketinggalan, berbagai foto para pahlawan revolusi juga terpajang di tempat ini. Untuk semakin melengkapi koleksi museum ini, berbagai senjata tradisional yang digunakan untuk melawan penjajah pada saat itu, seperti badik, parang, ruduh, pupuik tanduk, dan pedang juga terpampang di sini.

The Great Wall of Koto Gadang

Gambar 4.The Great Wall of Koto Gadang

     Apakah Anda ingin merasakan berkunjung di Tembok Besar di Cina? Tenang, Anda tidak perlu jauh-jauh datang ke luar negeri, karena di Bukittinggi pun Anda bisa melihatnya, sebuah tembok besar dengan deretan anak tangga yang sangat panjang. Sensasi akan Anda dapatkan baik saat menaiki anak tangga maupun setelah sampai di atas. Tembok yang sebagian besar berada di kawasan Koto Gadang ini terbentang di sepanjang Ngarai Sianok. Jadi keliatan dari atas kalo kalian berada di gardu pandangnya Ngarai Sianok. 

Jembatan Limpapeh

Gambar 5. Jembatan Limpapeh

     Gemerlap lampu, membuatnya nampak indah ketika dipandang pada malam hari. Jembatan Limpapeh merupakan jalan penghubung Benteng Fort de Kock menuju Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan. Benteng Fort de Kock sendiri dibangun oleh Belanda untuk bertahan dari gempuran rakyat Minangkabau. Letaknya yang berada sekitar 1 km dari pusat kota, membuat benteng ini cukup mudah dijangkau. Benteng seperti ini ternyata tidak hanya berdiri disini, namun juga terdapat di Batusangkar yang letaknya sekitar 40km dari Kota Bukittinggi. Sebab, di kedua daerah itulah yang paling sulit untuk ditaklukkan oleh Belanda pada Perang Paderi tahun 1821 – 1837. 

Istano Basa Pagaruyung

Gambar 6. Istano Basa Pagaruyung

     Istano Basa Pagaruyung sebenarnya berada di Kabupaten Tanah Datar, berjarak sekitar 50km dari Kota Bukittinggi. Namun sangat disayangkan apabila dilewatkan dari kunjungan perjalanan. Istano Pagaruyung yang berdiri sekarang sebenarnya adalah replika. Istano Pagaruyung yang asli terletak di atas bukit Batu Patah dan dibakar habis pada tahun 1804 oleh kaum paderi yang kala itu memerangi para bangsawan dan kaum adat. Istana tersebut kemudian didirikan kembali namun kembali terbakar tahun 1966. Sepuluh tahun kemudian dilakukan pembangunan ulang, tepatnya pada tanggal 27 Desember 1976. Bangunan baru ini didirikan pada lokasi baru di sebelah selatannya. Dan diakhir 1970-an, istana ini telah bisa dikunjungi oleh umum.

Istano Pagaruyung yang asli dibangun seluruhnya menggunakan batang-batang kayu. Namun, bangunan yang terbaru dibangun dengan struktur beton modern. Namun demikian, Istano Basa Pagaruyuang tetap dibangun dengan mempertahankan teknik tradisional dan material kayu yang dihias dengan 60 ukiran yang menjelaskan filosofi dan budaya Minangkabau.

Istano Pagaruyung sendiri memiliki tiga lantai dengan 72 tiang dan gonjong sebagaimana pada umumnya Rumah Gadang, yang dilengkungkan serupa tanduk dari 26 ton serat ijuk. Istana ini juga dilengkapi dengan lebih dari 100 replika furnitur dan artefak antik Minang, yang bertujuan agar istana dihidupkan kembali sebagai pusat budaya Minangkabau serta objek wisata di Sumatera Barat.

Danau Maninjau

Gambar 7. Mengagumi Panorama Di Danau Maninjau

     Danau Maninjau adalah sebuah danau di kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, provinsi Sumatra Barat, Indonesia. Danau ini terletak sekitar 140 kilometer sebelah utara Kota Padang, ibu kota Sumatra Barat, 36 kilometer dari Bukittinggi. Berbeda arah dari Istano Basa Pagaruyung, jadi temen-temen harus mengunjungi kedua tempat ini pada hari yang berbeda, kalo nggak ya cuma habis diperjalanan. Transportasi sangat mudah, dari Bukittinggi langsung keterminal naik jurusan ke Agam jika ingin ke Danau Maninjau. Lalu ke Batusangkar apabila ingin ke Istano Basa Pagaruyung.

     Danau Maninjau merupakan danau vulkanik ini berada di ketinggian 461,50 meter di atas permukaan laut. Danau Maninjau merupakan sebuah kaldera dari letusan besar gunung api yang menghamburkan kurang lebih 220-250 km3 material piroklastik. Kaldera tersebut terbentuk karena letusan gunung api strato komposit yang berkembang di zona tektonik sistem Sesar Besar Sumatra yang bernama gunung Sitinjau (menurut legenda setempat), hal ini dapat terlihat dari bentuk bukit sekeliling danau yang menyerupai seperti dinding. Kaldera Maninjau (34,5 km x 12 km) ditempati oleh sebuah danau yang berukuran 8 km x 16,5 km (132 km2). Dinding kaldera Maninjau mempunyai 459 m dari permukaan danau yang mempunyai kedalaman mencapai 157 m.

     Menurut legenda di Ranah Minang, keberadaan Danau Maninjau berkaitan erat dengan kisah Bujang Sembilan. Ini link cerita kalo temen-temen pengin tahu kisah "Asal Usul Danau Maninjau, Legenda Bujang Sambilan".

Perjalanan berlanjut setelah puas menunjungi Danau Maninjau, saya memutari Danau tersebut kemudian menuju ke Kota Pariaman dan menutup Perjalanan di Kota Padang sebelum akhirnya pulang ke Kota Semarang. Yah mungkin sekian dulu postingan kali ini, udah keluar dari judul dan ngelebar kemana-mana juga referensinya,hehe. Terimakasih sudah berkunjung :).
Comments
0 Comments
Facebook Comments by Media Blogger