Gambar 1. Foto Bersama
Gunung Prahu adalah sebuah gunung yang terdapat di Dataran Tinggi Dieng tepat di perbatasan Kabupaten Kendal dengan Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Gunung Prahu, mungkin sudah tidak asing lagi bagi sebagian orang. Pesona Sunrise dipagi hari dan keindahan alamnya, mampu menjadi daya tarik tersendiri bagi setiap orang. Dicatatan perjalanan sebelumnya saya sudah pernah menulis tentang Gunung Prahu ini (baca Gunung Prahu via Desa Kenjuran), namun kali ini saya dan teman-teman melewati jalur yang berbeda yaitu Patak Banteng.
Diperjalanan ini saya bergabung dengan teman saya Egy, dia datang jauh-jauh dari Tangerang untuk melihat langsung keindahan Gunung Prahu yang selama ini telah membuatnya penasaran. Ia telah merencanakan jauh hari dan mengajak teman-teman dari kampung halamannya Pati (sebagian kuliah di Semarang) untuk melakukan pendakian ke Gunung Prahu.
Singkat cerita, saat libur natal 25 Desamber 2014, kami berkumpul disalah satu kos teman yang berada di Tembalang (Semrang), personil kami adalah 11 orang (dadhi, aldi, andi (nyama2in nama gw aj nih,wkwk),adit, egy, lutfi, ade, dean, boy, bagus dan saya sendiri). Kami berkumpul jam 08.00, terlebih dahulu kami mengecek segala perlengkapan yang akan kami bawa untuk mendaki. Selang satu jam, setelah dirasa semua sudah siap barulah kami berangkat menuju Gunung Prahu.
Dari Semarang kami lewat Bandungan> Sumowono> Temanggung> Parakan> Kledung> Wonosobo, tepatnya di Terminal Mendolo maju sedikit kanan jalan ada belokan ke Tambi&Dieng, tinggal ikuti petunjuk hingga ke Dieng.
Saat perjalanan dari Semarang cuaca terlihat cerah dan bersahabat, bahkan saat masuk kota Wonosobo cuaca masih terlihat cerah, cuaca mulai berubah saat menuju ke Dieng, tepatnya sekitar 15km-20km sebelum sampai Patak Banteng (jalur pendakian gunung Prahu), hujan mulai mengguyur, kami menepikan kendaraan dan mencari tempat untuk berteduh dan beristirahat. Jas hujan kami siapkan, raincover pada tas kami pasang, disini kami menunggu beberapa saat hingga hujan sedikit reda. Setelah hujan sedikit mereda, kami pun melanjutkan perjalanan, untuk berjaga-jaga kami memakai jas hujan agar pakaian yang kami pakai tetap kering. Benar saja setelah beberapa menit kami mengendarai motor, hujan deras mengguyur kami, namun untuk menyingkat waktu, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan sampai Patak Banteng. Beruntung hujan deras yang kami lewati tidak lama mengguyur, saat tiba di basecamp (basecamp ini terletar di balai desa patak banteng yang berada tepat dipinggir jalan) hanya tersisa rintik-rintik air hujan dan putih sang kabut yang menyambut kami. Saat itu waktu menunjukkan jam 14.00, di basecamp sangat ramai, sejenak kami beristirahat dan mempacking ulang barang yang kami bawa. Saat itu beberapa dari kami harus mengambil pakaian ganti yang ada didalam tas, ada beberapa pakaian yang basah saat hujan deras yang kami lewati tadi, jadi kami harus ganti untuk menghindari masuk angin, hipotermia, dan hal-hal yang tidak diinginkan lainnya. Setelah pakcing dan ganti pakaian kami pun memutuskan untuk langsung mendaki, saat itu suasana dibasecamp sangatlah ramai, karena tidak mendapatkan ruang istirahat yang cukup, jadi kami memutuskan untuk langsung memulai pendakian. Doa kami panjatkan agar diberi kemudahan, kelancaran serta keselamatan dalam perjalanan kali ini. Setelah semuanya siap, kami pun mulai mendaki. Disini kami menggunakan jas hujan karena saat itu gerimis masih setia menemani kami,haha.
Kami mendaki pukul 14.30, awal pendakian kami menyebrang jalan raya, kemudian masuk keperkampungan, disini bisa dijumpai beberapa rumah singgah, warung dan penjual souvenir-souvenir. Tak lama kami melewati perkampungan, hujan mulai reda, saat itu kami mempacking jas yang kami pakai, agar mempermudah pergerakan saat mendaki. Tak lama melewati perkampungan, kami melewati ladang-ladang penduduk, sesekali terlihat pemandangan yang indah, namun tak lama kemudian kabut putih menutupinya. Perjalanan menuju pos 1 kami melewati perkampungan dan ladang, kemudian ada jalan berbatu (makadam) yang biasa dilewati penduduk untuk bercocok tanam, tinggal ikuti jalananya sampai habis dan bertemu tikungan sampailah di pos 1 (sering disebut sikut dewo).
Setelah melalui pos 1 kami segera bergegas melanjutkan perjalanan, track yang kami lalui terasa licin, jadi kami harus berhati-hati agar tidak terpeleset. Pos demi pos kami lalui tak terasa matahari mulai tenggelam, meski kabut kami masih bisa melihat sedikit kilauan senja dalam perjalanan ini, saat itu sejenak saya berdiam diri dan melihat sekeliling. Saat itu saya hampir sampai di puncak, saya tiba duluan bersama ade dan andi, kami tiba terlebih dahulu karena kami bertugas untuk membangun tenda sebelum hari mulai gelap. Setelah kami mendirikan, saya menyarankan satu orang menunggu teman-teman lain di dekat jalur, agar memudahkan teman-teman yang lain untuk mencari keberadaan kami. Setengah jam berlalu teman-teman yang lain datang satu persatu, lengkap sudah anggota kami.
Jam 18.30, malam setelah semua berkumpul, kami mulai menyiapkan logistik dan membuat aneka ragam menu untuk makan malam. Setelah semua matang, kami menumpahkan semua makanan dalam satu tempat kemudian membuat satu lingkaran dan makan bersama-sama. Canda dan tawa saat makan membuat malam itu terasa sangat ramai, kami menikmati sebuah kenikmatan makan yang tak biasa. Ini adalah ide Egy, ia ingin mengenalkan kebersamaan pendaki gunung kepada teman-temannya yang notabanenya belum pernah mendaki gunung. Setelah makan kami lanjutkan mengobrol dan minum kopi sampai kantuk mulai menghampiri. Saat satu persatu dari kami mulai mengantuk, akhirnya obrolan kami akhiri dan sisa waktu yang kami miliki hingga esok hari, kami gunakan untuk tidur.
Jam 05.30, saat melihat kondisi diluar tenda, sunrise yang diharapkan tidak muncul, pemandangan masih sama seperti kemarin, keindahan Gunung Prahu masih tertutup kabut, sejauh mata memandang putihnya kabut yang kami jumpai. Setelah melihat keadaan tersebut saya kembali tidur didalam tenda berselimutkan sleeping bag. Jam 07.00 kami membuat mekanan, sama seperti kemarin, kami membuat lingkaran kecil dan menumpahkan semua makanan dalam satu wadah kemudian kami bersama-sama memakannya.
Setelah makan bersama, kami pun mengemasi barang-barang dan melanjutkan perjalanan turun. Namun sebelum turun kami sempatkan untuk menambah acara sesi pemotretan, jiwa narsisme pun seketika muncul meski cuaca berkabut,hehe. Setelah melewati beberapa rangkaian sesi pemotretan yang panjang, akhirnya kami selesai mengabadikan gambar. Jam 11.00 kami pun melanjutkan perjalanan turun dari Gunung Prahu. Mungkin sekian dulu catatan perjalanan saya kali ini, meski hampir disepanjang perjalanan banyak keindahan-keindahan alam yang saat itu tertutup kabut, pesan saya untuk teman-teman jangan kapok yah,hehe kabut juga bagian dari keindahan alam itu sendiri kok, tergantung dari sudut pandang mana kita melihatnya, bersyukurlah maka semua akan terlihat indah, sekian dari saya, terimakasih.
Diperjalanan ini saya bergabung dengan teman saya Egy, dia datang jauh-jauh dari Tangerang untuk melihat langsung keindahan Gunung Prahu yang selama ini telah membuatnya penasaran. Ia telah merencanakan jauh hari dan mengajak teman-teman dari kampung halamannya Pati (sebagian kuliah di Semarang) untuk melakukan pendakian ke Gunung Prahu.
Singkat cerita, saat libur natal 25 Desamber 2014, kami berkumpul disalah satu kos teman yang berada di Tembalang (Semrang), personil kami adalah 11 orang (dadhi, aldi, andi (nyama2in nama gw aj nih,wkwk),adit, egy, lutfi, ade, dean, boy, bagus dan saya sendiri). Kami berkumpul jam 08.00, terlebih dahulu kami mengecek segala perlengkapan yang akan kami bawa untuk mendaki. Selang satu jam, setelah dirasa semua sudah siap barulah kami berangkat menuju Gunung Prahu.
Dari Semarang kami lewat Bandungan> Sumowono> Temanggung> Parakan> Kledung> Wonosobo, tepatnya di Terminal Mendolo maju sedikit kanan jalan ada belokan ke Tambi&Dieng, tinggal ikuti petunjuk hingga ke Dieng.
Saat perjalanan dari Semarang cuaca terlihat cerah dan bersahabat, bahkan saat masuk kota Wonosobo cuaca masih terlihat cerah, cuaca mulai berubah saat menuju ke Dieng, tepatnya sekitar 15km-20km sebelum sampai Patak Banteng (jalur pendakian gunung Prahu), hujan mulai mengguyur, kami menepikan kendaraan dan mencari tempat untuk berteduh dan beristirahat. Jas hujan kami siapkan, raincover pada tas kami pasang, disini kami menunggu beberapa saat hingga hujan sedikit reda. Setelah hujan sedikit mereda, kami pun melanjutkan perjalanan, untuk berjaga-jaga kami memakai jas hujan agar pakaian yang kami pakai tetap kering. Benar saja setelah beberapa menit kami mengendarai motor, hujan deras mengguyur kami, namun untuk menyingkat waktu, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan sampai Patak Banteng. Beruntung hujan deras yang kami lewati tidak lama mengguyur, saat tiba di basecamp (basecamp ini terletar di balai desa patak banteng yang berada tepat dipinggir jalan) hanya tersisa rintik-rintik air hujan dan putih sang kabut yang menyambut kami. Saat itu waktu menunjukkan jam 14.00, di basecamp sangat ramai, sejenak kami beristirahat dan mempacking ulang barang yang kami bawa. Saat itu beberapa dari kami harus mengambil pakaian ganti yang ada didalam tas, ada beberapa pakaian yang basah saat hujan deras yang kami lewati tadi, jadi kami harus ganti untuk menghindari masuk angin, hipotermia, dan hal-hal yang tidak diinginkan lainnya. Setelah pakcing dan ganti pakaian kami pun memutuskan untuk langsung mendaki, saat itu suasana dibasecamp sangatlah ramai, karena tidak mendapatkan ruang istirahat yang cukup, jadi kami memutuskan untuk langsung memulai pendakian. Doa kami panjatkan agar diberi kemudahan, kelancaran serta keselamatan dalam perjalanan kali ini. Setelah semuanya siap, kami pun mulai mendaki. Disini kami menggunakan jas hujan karena saat itu gerimis masih setia menemani kami,haha.
Gambar 2. Ngeksis dulu
Gambar 3. Perjalanan naik
Jam 18.30, malam setelah semua berkumpul, kami mulai menyiapkan logistik dan membuat aneka ragam menu untuk makan malam. Setelah semua matang, kami menumpahkan semua makanan dalam satu tempat kemudian membuat satu lingkaran dan makan bersama-sama. Canda dan tawa saat makan membuat malam itu terasa sangat ramai, kami menikmati sebuah kenikmatan makan yang tak biasa. Ini adalah ide Egy, ia ingin mengenalkan kebersamaan pendaki gunung kepada teman-temannya yang notabanenya belum pernah mendaki gunung. Setelah makan kami lanjutkan mengobrol dan minum kopi sampai kantuk mulai menghampiri. Saat satu persatu dari kami mulai mengantuk, akhirnya obrolan kami akhiri dan sisa waktu yang kami miliki hingga esok hari, kami gunakan untuk tidur.
Jam 05.30, saat melihat kondisi diluar tenda, sunrise yang diharapkan tidak muncul, pemandangan masih sama seperti kemarin, keindahan Gunung Prahu masih tertutup kabut, sejauh mata memandang putihnya kabut yang kami jumpai. Setelah melihat keadaan tersebut saya kembali tidur didalam tenda berselimutkan sleeping bag. Jam 07.00 kami membuat mekanan, sama seperti kemarin, kami membuat lingkaran kecil dan menumpahkan semua makanan dalam satu wadah kemudian kami bersama-sama memakannya.
Gambar 4. Makan bersama
Setelah makan bersama, kami pun mengemasi barang-barang dan melanjutkan perjalanan turun. Namun sebelum turun kami sempatkan untuk menambah acara sesi pemotretan, jiwa narsisme pun seketika muncul meski cuaca berkabut,hehe. Setelah melewati beberapa rangkaian sesi pemotretan yang panjang, akhirnya kami selesai mengabadikan gambar. Jam 11.00 kami pun melanjutkan perjalanan turun dari Gunung Prahu. Mungkin sekian dulu catatan perjalanan saya kali ini, meski hampir disepanjang perjalanan banyak keindahan-keindahan alam yang saat itu tertutup kabut, pesan saya untuk teman-teman jangan kapok yah,hehe kabut juga bagian dari keindahan alam itu sendiri kok, tergantung dari sudut pandang mana kita melihatnya, bersyukurlah maka semua akan terlihat indah, sekian dari saya, terimakasih.